cakalele



CAKALELE (ma’atenun)
                
    Di bagian timur Indonesia tepatnya pulau haruku yang terletak di wilayah Maluku, Maluku Tengah yaitu negeri pelaw yang mempunyai adat tarian cakalele ma’atenun , tarian cakalele ma’atenun ini adalah salah satu tarian cakalele dari Maluku.tarian cakalele sendiri ialah tarian kemenangan yang melambangkan perjuangan masyarakat pelaw di masa lampau, tradisi ini sudah ada sejak zaman penjajahan blanda.

    Tradisi ini di selenggarakan 3 tahun sekali dan pelaksanaan yang terakhir pada tanggal 12 Maret 2015 tetapi tidak seramai tahun 2009 dikarenakan terjadi insiden di negeri pelaw. Ma’atenun sendiri adalah tradisi dimana pesertanya mendapat anugrah kekebalan namun Pada saat cakalele pesertanya  meraung-raung histeris sambil menyayat tubuh mereka dengan benda tajam tetapi tidak lukan sedikitpun dalam kondisi seperti ini sering disebut dengan KA’A. peserta-pesertanya terdiri dari kaum adam masyarakat desa pelaw dan juga orang-orang yang mempunyai darah atau garis keturunan pelaw.adapun syarat yang harus di lakukan untuk mengikuti cakalele ma’atenun ini di antaranya harus meminta restu orang tua, membotakan rambut,memakai penutup kepala berwarna putih, baju berwarna  putih, celana berwana putih, sabuk berwarna merah dan menyiapkan senjata tajam seperti parang,pedang,golok,kelewang,silet,pisau cuter,beling, kapak,bahkan senjata. sebelum hari pelaksanaan cakalele ma’atenun benda-benda tajam tersebut harus di asah hingga tajam dalam kurun waktu tujuh hari olehnya itu tidak jarang pada saat di asah pesertanya ada yang ka’a dan menyayat tubuh mereka dengan benda yang sedang di asah tersebut .


    Pada saat hari pelaksanaan cakalele ma’atenun setiap peserta keluar dari rumahnya masing-masing menuju rumah soa (rumah adat),perjalan mereka ke rumah soa juga terbagi-bagi sebab mereka menyesuaikan dengan marga mereka setelah itu kepala rumah soa atau sesepuh rumah soa melepaskan peserta menuju rumah soa induk.rumah soa induk terbagi 3 kelompok yaitu kelompok  yang pertama yaitu laturima yang terdiri dari soa     Latuconsina,Latupono,Latuamury,sahubawa danTalaohu. kelompok ke dua yaitu kelompok waelapia yang terdiri dari soa Tuasikal,Tualeka dan Tuahena. Sedangkan kelompok ke tiga yaitu kelompok waeluri yang terdiri dari soa Salampesy,Tualepe,Tuankotta,Tuakia dan Angkotasan. kelompok-kelompok tersebut berjalan menuju tempat-tempat yang sudah ditentukan tetapi sebelum  para peserta dilepas dari rumah soa induk terlebih dahulu. Di setiap kelompok-kelompok akan di pimpin oleh seorang Ma’ahala Lahat atau panglima perang yang berada paling depan dari para peserta ma’atenun. Dalam perjalanan menuju tempat-tempat yang telah di tentukan para peserta sudah dalam keadaan ka’a sambil memotong-motong dan menyayat anggota tubuhnya dengan segala jenis benda tajam yang telah di persiapkan dan bila peserta ma’atenun melintas di depan keluarganya yang sedang menonton ,keluarganya juga pun ikut ka’a baik ibu-ibu maupun remaja putri.
    Sebari para peserta berjalan menuju tujuannya masing-masing mereka beraktraksi menyayat-nyayat tubuh, memotong  mereka disaat itu juga suasana sakral dan mistis sangat terasa sampai bulu kuduk penonton sekitar serentak merinding.

   Sampai saat ini belum ada korban dalam tradisi ini apalagi sampai mengalami luka yang serius, bekas dari sayatan-sayatan dari  tarian cakalele ma’atenun ini hanya seperti cakaran kuku hewan.
                           
                                    https://www.youtube.com/watch?v=ebGa57kEKJ4

Komentar

Postingan Populer